Anda pasti pernah mendengar kata e-commerce dan online marketplace. Menurutmu, apakah ada perbezaan dari keduanya? Nah, artikel ini akan memberikanmu angin segar supaya tidak ada kekeliruan. Kekeliruan? Iya, percaya deh, masih banyak yang belum bisa membedakan website online marketplace dan e-commerce. Kalau anda, sudah tahu bedanya atau belum? Jika sudah, artikel ini akan memberikan validasi kepadamu apakah pengetahuanmu tentang website e-commerce & online marketplace sudah sepaham dengan general statement atau belum. Jika belum, jangan khawatir! anda tidak sendiri! Justru anda harusnya bersyukur karena sudah menemukan artikel ini. Hihihihi.
Untuk yang bertanya, “Kenapa hal kecil macam perbezaan e-commerce dan online marketplace saja perlu diperdalam? Tujuannya sama. Sama-sama untuk jual-beli.”
Yakin, tujuannya cuma untuk jual-beli? Untuk yang masih bertanya tentang pertanyaan diatas, cuba baca manfaat website e-commerce.
Tetapi, jika anda penasaran sebenarnya apa perbezaan website e-commerce dan online marketplace, siapkan teh hangat dan cemilan, sekarang! Artikel ini tidak akan membuat perhatianmu berpaling.
Pengertian e-commerce & online marketplace
Untuk sebagian orang, e-commerce dan online marketplace adalah sama. Namun, dari segi fungsionalitas, ternyata berbeda. Sila buka kamus ala-ala agar pembahasan ini punya fundamental dan tidak asal ngomong. Simak pembahasan berikut ini.
E-commerce
Menurut E-commerce Guide, e-commerce adalah bentuk transaksi jual beli secara daring (online). Artinya, jika anda melakukan aktiviti jual beli via online, anda telah terlibat dalam e-commerce. Sedangkan menurut TechTarget, e-commerce adalah proses jual beli barang ataupun jasa, atau mengirimkan uang / data, melalui jaringan elektronik, utamanya internet. Dari kedua penjelasan dari dua sumber yang berbeda ada 2 benang merah yang bisa diambil. Jaringan elektronik, utamanya internet
Aktiviti jual beli
Ya, singkatnya, e-commerce adalah bentuk modernisasi aktivitas jual beli dengan memanfaatkan teknologi internet sebagai media penghubung antara penjual dan pembeli. Penjual tidak perlu mengetahui secara personal siapa yang membeli barang. Begitu pula dengan pembeli, tidak perlu mengetahui siapa yang menjual barang tersebut. Semuanya dilakukan secara virtual.
Online Marketplace
Menurut Richard Kestenbaum, salah satu kontributor Forbes yang membahas dunia retail, online marketplace adalah sebuah website atau aplikasi yang menyediakan fasilitas jual beli dari banyak vendor.
Pendapat Study.com juga memperkuat pendapat Richard bahwa online marketplace adalah tempat jual beli online dimana pihak ketiga dapat berpartisipasi dalam menjual barang / jasa. Ada yang menarik dalam pembahasan online marketplace oleh Study.com. Online marketplace adalah e-commerce. Hold my beer. Macam mana ini, katanya e-commerce dan online marketplace itu berbeza!
Tenang, tenang. Baca dulu sampai selesai.
Ya, memang semua online marketplace adalah e-commerce. Tetapi, TIDAK SEMUA E-commerce adalah online marketplace. Paham maksudnya? Biar lebih mudah, analoginya begini. Anggap online marketplace adalah iPhone. Sedangkan e-commerce adalah Smartphone. Semua iPhone adalah Smartphone. Tetapi, tidak semua Smartphone itu iPhone. Hal yang menjadi titik berat perbedaan antara E-commerce dan online marketplace adalah jumlah penjual / vendor.
Perbedaan e-commerce & online marketplace
Setelah anda tahu pengertian e-commerce & online marketplace, ada 1 tembok tebal yang membuat e-commerce dan online marketplace terlihat berbeda. Coba tebak!
Yap, betul. Jumlah penjual / vendor. E-commerce adalah website yang memiliki 1 dan lebih dari 1 penjual / vendor. Artinya apa? Bagi website jual beli yang menjual barang / jasa HANYA terdiri dari 1 penjual / vendor dianggap BUKAN online marketplace. Tetapi, jika sebuah website jual / beli memberikan fasilitas bagi pihak ketiga untuk berjualan, dapat dikategorikan sebagai online marketplace. Itu karena online marketplace adalah website yang HARUS memiliki penjual / vendor LEBIH DARI SATU.
Dari segi pembuatan software, website / aplikasi yang hanya mengijinkan 1 vendor (e-commerce) untuk berjualan, akan lebih mudah dibandingkan dengan website / aplikasi yang mengijinkan banyak user (online marketplace) untuk menjadi vendor / penjual. Atau singkatnya, pembuatan online marketplace lebih kompleks daripada pembuatan e-commerce biasa.
Meskipun demikian, menurut Richard (Kontributor Forbes untuk Ritel), salah satu daya tarik dari online marketplace adalah masyarakat memiliki kecenderungan menginstal aplikasi yang menyediakan banyak pilihan vendor, produk, maupun harga dari pada aplikasi e-commerce yang hanya memiliki 1 vendor / penjual. Dari segi psikologis, pengguna merasa dapat membandingkan satu barang dengan yang lain secara bersamaan dengan mudah. Nah, experience inilah yang seringkali menjadi pertimbangan dalam membuat website online marketplace.
Akan tetapi, ada satu hal yang menjadi concern vendor / penjual jika menggunakan website online marketplace. Barang counterfeit / bajakan / palsu. Ya, dengan mudahnya orang-orang menjual barang di online marketplace, bukan tidak mungkin keaslian barang menjadi ancaman. Ancaman tersebut berlaku bagi perusahaan brand yang dipalsukan, maupun konsumen yang tertipu oleh penjual barang palsu. Memang, sudah banyak online marketplace yang memberikan diferensiasi pada official store. Tetap saja, karena kecenderungan masyarakat yang memilih barang yang memiliki harga yang relatif murah, tentu barang-barang palsu di online marketplace masih memiliki “pasar” yang cukup banyak.
Untuk di Indonesia sendiri, pemahaman dan regulasi perihal barang-barang counterfeit / barang palsu masih terbilang lemah. Nah, kelemahan inilah yang menjadi perhatian banyak brand. Sehingga, perusahaan merasa kehadiran e-commerce non-marketplace sebagai tempat yang “aman” bagi konsumen. “Aman” disini adalah jaminan barang 100% asli karena e-commerce tersebut dioperasikan oleh perusahaan brand itu sendiri. Bisa dibilang sebagai perpanjangan tangan.
Nah, meskipun kini proses membuat website e-commerce dapat diserahkan kepada perusahaan Software House Professional, tetapi ada 1 hal penentu, apakah penjualan produk melalui e-commerce pribadi akan lebih menguntungkan daripada berjualan di marketplace.
Brand
Brand? Boleh pula?
Ketika anda ingin berbelanja online. Apa yang akan anda lakukan pertama kali? Mencari di peramban Google dengan keyword barang yang ingin anda beli, bukan? Misalnya membeli sepatu olahraga. Ya, 3 urutan organik teratas dengan keywords: sepatu olahraga di mesin Google adalah online marketplace. Bagaimana jika kita masukkan pula nama brand terkenal.
Masih sama. Online marketplace. Yap, untuk sekelas Nike dan sekaligus pemegang brand Nike saja membutuhkan bantuan Ads / iklan untuk mendapatkan posisi halaman pertama untuk kategori keywords: sepatu olahraga nike. Bagaimana bisa?
Cuba lihat statistik dibawah ini, ya.
(Keywords: Sepatu Olahraga)
Dari data statistik di atas, ada selisih yang sangat tinggi pada volume pencarian “sepatu olahraga” dan “sepatu olahraga nike”.
Dari data tersebut, bila dilihat dari pandangan seorang analis, kebanyakan orang masih melakukan pencarian menggunakan kata generik produk daripada spesifik menyebut produk + brand. Memang, yang mencari produk + brand masih layak untuk diperhitungkan. Akan tetapi, tetap saja yang berada di halaman pertama mesin pencarian Google adalah online marketplace.
Meskipun demikian 600 volume pencarian bukanlah jumlah yang sedikit. Lebih dari 10% calon pembeli sepatu olahraga memilih nike. Tentu karena Nike adalah merek / brand besar. Tetapi bagaimana dengan perusahaan rintisan dengan brand entitasnya sendiri? Tentu cukup was-was ya (?)
Lalu, jika online marketplace memiliki kekuatan di mesin pencarian Google, mengapa pertumbuhan e-commerce semakin pesat?
Pertanyaan yang menarik. Memang, perlu diakui meskipun kekuatan online marketplace cukup merajai wilayah Google, pertumbuhan e-commerce mulai menggerus sedikit demi sedikit kekuatan online marketplace.
Tiada ulasan:
Write comments